BITUNG – Sekolah sungai yang merupakan salah satu kegiatan ekstra kurikuler, sejak beberapa waktu yang lalu telah menjadi trend di kalangan anak sekolah khususnya yang ada di kota Bitung.
Kegiatan ekstra kurikuler sekolah sungai yang kegiatannya dititik beratkan pada kelestarian dan kebersihan sungai ini terus digaungkan oleh pemerintah kota Bitung melalui Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Sungai yang telah ditunjuk.
Menariknya, setelah melalui sejumlah kegiatan dan sosialisasi, banyak sekolah yang telah melaksanakan ekstra kurikuler Sekolah Sungai. Hal ini dibuktikan dengan telah digelarnya sosialisasi sekaligus praktek oleh komunitas sekolah sungai yang pelaksanaannya diinisiatif langsung oleh Kepala Sekolah SD GMIM 23 Girian, Novrieta Tampi, SPd bersama empat Kepala Sekolahnya. SD GMIM 23 Girian adalah sekolah dasar pertama yang melaksanakan ekstra kurikuler Sekolah Sungai dimana seluruh siswanyapun ikut terlibat.
Kegiatan terbaru yang dilaksanakan yaitu sosialisasi sekaligus praktek yang melibatkan 5 sekolah yaitu SD GMIM 24 Manembo-nembo, SD Negeri 1 Bitung, SD Cokroaminoto Girian Bawah, SD Inpres Danowudu, dan SMP Bukit Kasih Girian Permai yang diikuti oleh perwakilan siswa dan guru.
Kegiatan yang dibuka oleh kepala Seksi Kurikulum Alpion Takalawangen di SD GMIM 23 Girian menghadirkan pembicara dari Balai Wilayah Sungai Desu Rewur, ST serta komunitas Sekolah Sungai Bitung. Takalawangen sendiri mewakili kepala Dinas Julius Ondang ketika membuka kegiatan tersebut menyebutkan jika persoalan sungai harus menjadi perhatian sejak dini apalagi kota Bitung mempunyai kenangan buruk dengan pengelolaan Sungai.
“2015 dan 2017 bencana terbesar di Bitung adalah banjir bandang dan ini sangat-sangat menyedot perhatiann sampai dengan dana yang banyak akibat tergenangnya banyak rumah sehingga ini perlu dilakukan sosialisasi soal perlindungan areal sungai,” jelasnya.
Sementara itu, Nara Sumber dari Balai Wilayah Sungai PPK OP SDA 1 Desi Rares saat dikonfirmasi mengatakan jika kedepan kota Bitung aka nada Bendung sungai. “Saat ini sudy kelayakan untuk bending sungai sudah dilakukan kini sementara berproses soal amdal, jika ini sudah ada dengan demikian mampu meminimalisir banjir serta mampu merawat areal sungai demi kelestarian sungai,” ungkapnya.
Kepala SD GMIM 23 Girian, Novreita Tampi S,Pd saat diwawancarai mengatakan jika sudah waktunya program sekolah Sungai di SD GMIM 23 Girian dijangkitkan kesekolah-sekolah yang lain agar program restorasi sungai bias berjalan dengan baik jika semua sekolah dan stake holder paham akan kelestarian sungai. “Kelestarian sungai sangat penting bagi kita sehingga ini harus diimbaskan kepada banyak sekolah agar tanggung jawab terhadap pengelolaan air dipahami banyak orang termasuk anak sekolah,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Sekolah Sungai Dra. Khouni Lomban Rawung, MSi yang dikonfirmasi melalui Wakil Kepala Sekolah Sungai, Ferdy Pangalila SPd mengatakan memberikan apresiasi kepada seluruh sekolah yang telah terlibat pada kegiatan ini.
“Kami memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini, sebab apa yang dilaksanakan ini adalah salah satu bentuk perhatian dan kepedulian dari siswa maupun guru terhadap kelestarian dan kebersihan sungai.
Lebih dari itu Pangalila membeberkan saat ini ada sejumlah sekolah dari luar kota Bitung yang telah meminta pihaknya untuk membantu membentuk komunitas sekolah sungai di sekolah mereka.
“Ada beberapa sekolah di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan yang telah meminta kepada kami untuk membantu membentuk komunitas Sekolah Sungai di sekolah mereka, salah satunya yaitu SMP Kristen Kembes dan salah satu SMP di Amurang,” pungkas Pangalila.(YodieR)