BITUNG – Memasuki musim penghujan, BMKG telah mengeluarkan peringatan bagi masyarakat untuk waspada.
Menyikapi masalah tersebut maka Ketua PMI Kota Bitung, Dra. Khouni Lomban Rawung Msi ikut memberikan pendapatnya.
Kepada Trendy FM, Rawung yang dibubungi melalui telepon mengatakan bahwa selaku Ketua PMI Kota Bitung juga sekaligus sebagai Ketua TP. PKK Kota Bitung ikut menyampaikan sekaligus meneruskan himbauan teraebut kepada seluruh masyarakat kota Bitung.
“Meskipun Sulawesi Utara atau Bitung tidak masuk dalam 8 wilayqh paling rawan dalam peringatannya, tapi sebaiknya kita waspada,” jelasnya.
Lebih lanjut Bunda Paud Kota Bitung ini mengatakan yang mana berdasarkan informasi dari BMKG Sulawesi Utara, belum seluruh Sulawesi Utara yang sudah mulai hujan, melainkan baru di wilayah Bitung, Manado, Minut dan Tomohon. Sementara untuk di bagian selatan sepertinya masih agak kemarau.
“Menurut saya, bila musim hujan tiba, ada baiknya kerentanan yang mengikuti seperti bahaya banjir, tanah longsor, penyakit-penyakit di masyarakat seperti gangguan kesehatan, flu dan lain-lain,” tegasnya sambil menambahkan jika terjadi banjir maka akan ada penyakit lainnya.
Oleh karena itu maka istri tercinta Walikota Bitung ini mengingatkan kepada masyarakat untuk peka melihat keadaan cuaca.
“Bila telah mendung tebal atau sudah mulai hujan, agar menghindari lokasi-lokasi yang rawan longsor sepertu lereng, tebing, bukit dan bantsran sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai, juga menghindari lokasi pohon-pohon yang bisa saja tumbang,” urai Kepala Sekolah Sekolah Sungai Kota Bitung ini.
Rawung jugs berharap, jika memungkinkan maka air hujan dapat dimanfaatkan dengan cara “menabung air” melalui biopori sebagai cadangan air tanah saat musim kemarau, sekaligus untuk mengurangi resiko banjir di tempat tertentu.
Di sisi lain, sebagai Ketua PMI Kota Bitung, Rawung menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun lalu Pengurus PMI Bitung bersama Pemerintah Kota Bitung telah menetapkan program Pengurangan Resiko Bencana Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA), menjadi prioritas, dan hingga saat ini sudah ada 9 kelurahan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT).
“Hal ini penting karena Indonesia termasuk Bitung adalah supermarket bencana yang bisa saja datang tanpa diundang, dan hal yang bisa kita lakukan adalah bagaimana mengurangi resiko bencana tersebut dengan mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas, mengurangi kerentanan yaitu menghindari potensi bencana misalnya tidak tinggal pada wilayah rawan longsor, rawan banjir, melakukan penghijauan, melakukan hidup ramah lingkungan, mengurangi sampah plastik, serta hal terkait lainnya,” jelas Rawung.
Disamping itu perlu juga meningkatkan kapasitas, yaitu melatih masyarakat untuk memiliki kesiap-siagaan menghadapi bencana dengan mengidentifikasi potensi bencana di sekitarnya, mempersiapkan tas siaga bencana seperti yang telah disosialisasikan sebelumnya, serta menyiapkan evakuasi tercepat bila terjadi bencana,” jelasnya.
“Yang jelas semua ini perlu kita sosialisasikan dan edukasikan ke masyarakat agar masing-masing, secara pribadi, secara keluarga ‘Siap Untuk Selamat,” pungkas Bunda Khouni.(YodieR)